Blog

In The Heart of A Local Producer

Posted by:

Proyek terakhir para mahasiswa departemen film sedang berjalan dengan tenaga penuh, dan kesibukan mereka terlihat jelas dari penggunaan green screen mereka yang konstan serta fakta bahwa beberapa dari mahasiswa tersebut telah mendapat izin untuk shooting di daerah sekitar kampus menggunakan peralatan lain yang disediakan oleh SAE. Kamera, lighting, dan sound stage— semua itu dipakai sepenuhnya untuk produksi proyek film para mahasiswa semester akhir angkatan tahun 2019 tersebut. Salah satunya, M. Rifqi Zarkasyi, dikenal sebagai Ajo oleh sesama mahasiswa lainnya, baru saja menyelesaikan sesi shooting hari itu saat kami duduk bersamanya untuk mendengar jawaban dari beberapa pertanyaan yang kami punya.

Q: Bisakah Anda menceritakan kisah dari pertama kali Anda menjadi tertarik terhadap film hingga menjadi mahasiswa departemen film SAE?

Saya sudah menjadi bagian komunitas belajar film dari SMA. Saya mengikuti workshop serta berpartisipasi dalam kompetisi film dari Jogja, Malang, Lampung, dan Riau, di antara beberapa. Dari situ, saya berpikir bahwa saya harus belajar film lebih dalam dan akhirnya diterima di SAE. Di sekolah ini saya bertemu teman-teman dan bisa belajar banyak. Pelajarannya sendiri kompleks dan mencakup banyak materi secara detil tetapi masih terasa privat meskipun ada 10 kelas secara total. Begitulah keadaannya dari semester pertama ke semester kedua sampai sekarang. Untuk semester terakhir ini, saya telah mengambil degree dari Middlesex University dengan rencana lulus pada bulan September. Saat ini juga saya sedang menjalani proyek terakhirku, yaitu film lokal di Makassar.

Q: Bisakah Anda menceritakan lebih banyak tentang proyek terakhir Anda? Apakah ada tema tetap dari film-film yang Anda buat?

Proyek terakhir saya tentang distribusi film daerah, lebih tepatnya film dari Makassar. Harapan di balik film ini adalah bahwa film-film Indonesia yang telah dibuat oleh orang-orang daerah dapat didistribusikan dengan skala internasional.

Film-film saya fokus kepada human interest dan aspek sosial, misalnya keluarga. Secara pasti, film saya akan ada unsur lokal Indonesianya karena saya memang orang daerah.

Q: Apa prestasi Anda dan bagaimana prestasi tersebut mengubah watak dan perilakumu sehari-hari?

Saya adalah pemenang kategori video terfavorit di kompetisi yang digelar oleh Go-Video. Saya juga pernah menang di festival Kulon Progo, BNN, TVRI, dan TWNC serta sempat mengerjakan proyek besar untuk Traveloka.

Prestasiku telah meningkatkan kepercayaan diriku serta membuatku termotivasi untuk membuat film yang lebih bagus dan yang lebih bagus lagi sehingga saya menjadi semangat berkarya. Dulu saya suka directing tetapi sekarang peranku makin ke producer. Saya suka melihat anak muda yang punya ide bagus dan support mereka sebagai producer sehingga ide mereka juga dapat terwujud.

Q: Apa perbedaan antara ketika Anda membuat film di SMA dari ketika Anda memasuki SAE sampai sekarang?

Pertama-tama, semua orang bisa membuat film dan semua seni memiliki ilmu dasar. Semua orang bisa belajar ilmu dasar tersebut di manapun saja— tidak perlu di sekolah film. Yang paling penting adalah ketekunanmu atas pelajarannya. Kalau Anda tidak tekun, Anda tidak akan bisa; itu adalah kunci pertamanya.

Kunci keduanya adalah relasi. Di SAE saya bisa bertemu dengan teman-teman yang punya passion yang sama serta dosen-dosen yang memang sudah ada di industri film sehingga mereka bisa menarik kita ke industri tersebut. Selain itu, film adalah seni yang membutuhkan support yang besar. SAE mampu sediakan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

0

About the Author:

  Pos Berhubungan
  • No related posts found.

Add a Comment