Blog

SAE Pathway Australia Experience

Posted by:

Annabel Djamardi adalah mahasiswi Animasi SAE Indonesia yang mengikuti program Pathway Australia. Jika terpilih untuk mengikuti program ini, siswa/i akan kuliah selama 12 bulan di SAE Indonesia dan 16-20 bulan di SAE Australia. Berikut wawancara Ochi mahasiswi Animasi SAE Indonesia dengan Annabel di Live Instagram @saejakarta (12/5) mengenai pengalamannya selama mengikuti program ini.

 

Halo Annabel, pertama-tama aku mau nanya apakah perkuliahan disana banyak dikompres atau tidak?

Tidak terlalu, karena pelajaran di SAE Australia tidak seketat di SAE Jakarta. Tapi di Australia tugasnya lebih menantang, misalnya, harus membuat jurnal yang ada timeline dan essay-nya. Jurnal itu berisi apa yang sudah kita pelajari dan ada juga risetnya. Semacam diary mahasiswa tapi lebih profesional. Kelebihannya, tugas kita bisa dinilai lebih adil karena ada bukti dan screen shot-nya. Nanti ada juga final reflection dari tugas-tugas itu.

 

 

Bagaimana perbedaan belajar di Jakarta dan Australia?

Di SAE Australia ada spesialisasi, kita bisa pilih pelajaran apa saja yang kita mau. Misalnya, kalau berminat dengan modeling, bisa ambil mata kuliah Hard Surface atau Environment. Atau boleh juga kita mengambil kuliah tentang software yang yang belum pernah dipelajari. Tidak ada batasan.

 

 

Jadi selama 1 semester itu hanya belajar spesialisasi yang kita ambil?

Tidak, spesialisasi itu diambil per semester. Misalnya semester ini ambil spesialisasi modeling, tapi di semester berikutnya mau ambil animasi atau efek visual, boleh. Tapi ada juga mata kuliah lain. Di semester ini kita bilangnya studio 2 yang ada pelajaran group animation, dimana kita harus bikin short film secara berkelompok 2 atau 3 orang. Dari pre production, production, storyboard, dll, semua harus kita bikin sendiri. Itu major project-nya. Kita juga ada kolaborasi dan setiap semester pasti ada kolaborasi dengan anak-anak program lain. Semester ini aku kolabs dengan anak game dan anak audio.

 

 

Disana ada program game juga ya?

Ada, game dan design.

 

 

Mengalami culture shock nggak?

Aku sebelumnya sudah pernah di Inggris, jadi nggak terlalu shock. Tapi di sini tidak berbeda jauh si dengan di Indonesia, karena di Melbourne ini banyak orang Asia dan soal makanan juga tidak perlu dikuatirkan karena banyak makanan Indonesia yang enak.

 

 

Bagaimana biaya hidup disana?

Ada akomodasi untuk student. Bisa pilih mau yang 6 bulan atau 12 bulan, ada breakfast gratis, gym, cinema, ruang belajar, dll. Kalau mau yang low budget, ada juga. Tidak terlalu susah kok untuk mencarinya. Transportasi ada kereta, bus, dan trem. Trem di city (Melbourne) gratis, kalau sudah keluar dari Melbourne, bayar 4 dolar. Untuk di kampusnya sendiri ada kelas tambahan seperti 2D Modeling atau design, dan itu gratis.

 

 

Ada perbedaan cara mengajar dosen di Australia dengan di Indonesia?

Di sini dosen kita hanya 1 untuk banyak mata kuliah. Major project ada 4, tapi macro projectnya ada banyak. Kalau ditotal mungkin ada 20 project. Dan tahun lalu kita ngomongin soal timing, jadi projectnya dikasih banyak dan itu belum termasuk jurnal. Tapi sepadan untuk mengasah skill. Yang penting kita harus membuat timetable saja untuk memudahkan.

 

 

Projectnya apa saja?

Bikin short film, specialization Z Brush sampai polishing, kolaborasi. Semester lalu bikin project pakai Unreal Engine. Unreal Engine itu untuk game tapi kita juga belajar. Bikin asetnya di Maya, nanti dimasukin di Unreal Engine. Karena software ini akan terpakai, terutama untuk anak-anak animasi yang tertarik membuat game. Tapi tidak belajar coding, melainkan real time. Hanya basic saja.

 

 

Cukupkah itu untuk, setelah lulus, bekerja di studio game?

Lumayan cukup. Walaupun yang kita pelajari basic, tapi intens. Kira-kira 7 minggu kita belajar Unreal Engine. Kita juga belajar masukin karakter animasi ke dalam Unreal Engine, itu membantu banget.

 

 

Apakah anak-anak program Animasi disana lebih terbekali?

Semester 1-2 di sini itu berbeda sekali dengan di Indonesia. Misalnya, kalau di Indonesia sudah diajari bikin storyboard, di Australia semester 1 kita fokus belajar storyboard dan refine lebih ke animatic. Semester 3 pelajaran modelingnya lebih intens.

 

 

Katanya anak-anak program Pathway tahu lebih banyak daripada anak-anak SAE Australia?

Kita yang anak Pathway lebih dibekali. Di kelas aku sering menemukan mahasiswa-mahasiswa SAE Australia yang belum mengerti apa yang sudah diajarkan pada kita sebelumnya di Indonesia.

 

 

Satu kelas ada berapa orang?

15-16 orang.

 

 

Ada persaingan di dalam kelas?

Di Australia lebih banyak group project. Kalau individual tidak terlalu kompetitif, lebih ke belajar bareng. Setiap trimester ada exhibition. Itu penting banget karena bakal ada 1 orang yang akan memasukkan portofolio ke job internship. Tahun lalu ada orang pemerintah Australia yang datang, dan mereka selalu datang setiap tahun untuk mencari bibit baru untuk bekerja di pemerintahan. Enaknya di exhibition itu tidak mesti memasukkan protofolio yang dikerjakan di kampus, tapi boleh personal project.

 

 

Rencana kamu sendiri gimana?

Aku pengen bekerja di Australia. Atau pengen masuk ke Weta Studio di New Zealand.

0

About the Author:

Content Writer SAE Indonesia
  Pos Berhubungan
  • No related posts found.

Add a Comment