
Saat menonton sebuah film, tentunya kamu tidak cuma menikmati visualnya saja, tapi juga kualitas suaranya. Bayangkan menonton sebuah film berdurasi 2 jam tanpa kualitas audio yang keren..pasti sangat kurang rasanya. Maka itu pekerjaan audio di industri film memegang peran yang sangat penting. Berikut 5 poin pekerjaan audio di industri film.
- Audio saat produksi dan pasca produksi
Dalam sebuah produksi film, tugas bidang audio terbagi 2 yaitu pada saat proses produksi dan setelah proses pengambilan gambar alias pascaproduksi (post production). Seorang sound recordist atau production sound mixer akan memimpin dan bertanggung jawab atas segala urusan audio. Ia akan dibantu oleh boom operator yang bertanggung jawab atas posisi dan suara yang dihasilkan dari mikrofon yang digunakan.
Setelah proses pengambilan gambar selesai, akan semakin banyak orang yang terlibat untuk menggarap sisi audio dalam sebuah film, antara lain composer, sound engineer, foley artist, dan banyak lainnya.
2. Music Scoring
Music scoring adalah musik yang mengiringi adegan-adegan di film. Music scoring ini adalah hasil karya para composer yang berada di balik layar. Nah, musik-musik ini dapat memperkuat suasana dan bisa membantu para pemain untuk menyampaikan ekspresi yang mereka perankan. Misalnya saat aktor sedang berperan sedih, tentu perasaan akan lebih mudah tersampaikan pada penonton jika diiringi musik atau nada-nada yang sedih dan mendayu-dayu.
Untuk bekerja di bidang ini, ternyata nggak cukup dengan modal bisa menciptakan musik dan lagu lho! Seorang composer juga harus mengerti teknik-teknik pengolahan audio bahkan bukan nggak mungkin kalau orang yang terlibat dalam film score akan memiliki beberapa peranan sekaligus.
Shandy Eka Permadi, salah seorang alumni program audio SAE Indonesia, adalah film composer, music editor, recording & mixing engineer untuk beberapa film layar lebar.
Pada acara Ngobral! (Ngobrol Bareng Alumni) Sesi 2 yang diselenggarakan secara live di platform Instagram resmi SAE Indonesia, ia mengatakan karier profesionalnya bersama RL Studio, diawali dari menjadi seorang junior composer. Pada saat itu, production house yang khusus menangani musik mencari seorang junior composer untuk sisi audio engineer yang juga bisa bisa mengedit musik dan sekaligus bisa melakukan komposisi.
3. Foley Artist
Jika music score yang dibuat oleh para composer akan membuat film lebih dramatis maka suara-suara yang dikumpulkan/diproduksi oleh foley artist dapat membuat film lebih hidup. Foley artist adalah orang yang ada dibalik efek suara. Misalnya suara langkah kaki para aktor dan aktris, suara pintu yang tertutup saat tertiup angin dan efek suara lain yang nggak bisa tertangkap mikrofon saat proses pengambilan gambar.
Efek-efek suara yang dibuat oleh foley artist tentunya dibuat sedemikian rupa agar terdengar realistis dan sesuai dengan gambar yang digunakan. Uniknya, suara yang dihasilkan oleh para foley artist belum tentu dibuat dengan metode dan benda yang sama pada gambar. Misalnya untuk menghasilkan suara langkah kaki di rumput, mereka bisa menginjak kertas koran dan plastik atau memukul batok kelapa untuk menghasilkan suara derap kaki kuda.
Menurut alumni SAE Indonesia lainnya Bayu Perkasa, foley artist merupakan salah satu profesi di bidang audio yang terbilang masih langka. Maksudnya, belum banyak orang menekuni bidang ini. “Suara mobil, suara orang mukul, itu kan masih harus rekam lagi,” tambah Bayu pada acara Ngobral! (Ngobrol Bareng Alumni) Sesi 3.
Bayu sendiri menekuni profesi di industri musik sebagai live sound engineer serta mengerjakan recording, mixing, dan co produced. Ia terlibat pekerjaan bersama Barasuara, RAN, Kunto Aji hingga Adhitia Sofyan.
4. Beda genre film, beda pengalaman
Shandy juga menceritakan pengalamannya menggarap beberapa film horor. Menurut Shandy, pengerjaan komposisi film horor bisa lebih cepat dibandingkan film drama yang umumnya melibatkan full band. “Horor kadang-kadang lo cuma teken satu tuts udah bisa jadi satu musik,” katanya.
Namun meski begitu tetap saja proses pembuatannya nggak bisa sembarangan, banyak variabel yang harus diperhatikan terutama yang berkaitan dengan psikologis dan mood.
“Lo harus nggak takut dulu, baru kemudian lo harus bikin musik yang bikin lo takut. Yah geli-geli serem lah. Ketika lo bisa ngerasain itu ya menurut gue berarti ini works nih,” ungkap Shandy tentang tips mengatur komposisi suara dalam film horor.
Shandy pernah terlibat di beberapa produksi film dari berbagai genre antara lain KKN di Desa Penari, Danur 3, Asih, Pretty Boys, Titus, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, dan Ikut Aku Ke Neraka.
5. Bidang audio akan terus berkembang
Setelah beberapa lama bergelut dalam bidang audio di industri film dan terlibat dalam beberapa produksi film bioskop, Shandy mengakui jika bidang ini merupakan bidang yang terus berubah dan berkembang. Meski begitu ia bersyukur pernah belajar dan mendalami audio secara akademis di SAE Indonesia. Baginya, apa yang ia dapatkan selama kuliah di SAE Indonesia merupakan fondasi untuk menggali lebih dalam tentang dunia audio.
“Basic-basic yang gue dapet di SAE itu sangat membantu, kayak bagaimana lo ngeset produksi level yang oke. Ngeset instrumen, meskipun tinggal naikin volume tapi kan lo juga punya takaran untuk gain stagingnya yang proper. Gimana caranya lo nge-deliver musik lo menuju ke audio post. SAE sangat ngasih tau itu, walaupun banyak juga hal-hal baru di luar. Tapi basic-basic itu penting untuk dipelajari,” papar Shandy yang mengaku kalau ia adalah seorang yang sebenarnya sulit untuk belajar secara otodidak.
Ada banyak kesempatan yang bisa kamu dapatkan jika bergabung di bidang yang satu ini. Produksi film layar lebar di Tanah Air setiap tahunnya terus meningkat. Bahkan di tahun 2018 dan 2019 saja produksi film Indonesia selalu berada di atas angka 100 film, sedangkan masih belum banyak orang yang serius berkecimpung di bidang audio terutama yang berkaitan dengan produksi film.
(Disadur dari Quipper. Artikel asli dapat dibaca di sini.)
NOV
2020
About the Author:
Content Writer SAE Indonesia